- October 12, 2025
- nahdlatul_quran
- 0 Comments
- Kegiatan Santri
Cinta Nabi, Cinta Al-Qur’an: Makna Sholawat dalam Kehidupan Santri
Cinta kepada Nabi Muhammad ﷺ dan Al-Qur’an adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Nabi adalah pembawa wahyu, sedangkan Al-Qur’an adalah cahaya petunjuk yang beliau sampaikan kepada umatnya. Tanpa Nabi, manusia tidak akan mengenal Al-Qur’an; tanpa Al-Qur’an, manusia tidak akan mengenal keagungan Nabi. Keduanya ibarat matahari dan cahayanya—tidak dapat berdiri sendiri. Bagi seorang santri, cinta kepada keduanya bukan sekadar ucapan di lisan, tetapi harus menjadi ruh dalam menuntut ilmu, beribadah, dan berakhlak.
Rasulullah ﷺ bukan hanya menyampaikan ayat-ayat Allah, tetapi juga mencontohkan bagaimana Al-Qur’an hidup dalam perilaku sehari-hari. Aisyah r.a. pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah, lalu beliau menjawab, “Kana khuluquhu al-Qur’an” — “Akhlaknya adalah Al-Qur’an.” (HR. Muslim). Artinya, setiap tindakan Nabi adalah cerminan dari isi Al-Qur’an. Ketika beliau bersikap lembut kepada anak yatim, sabar menghadapi musuh, dan rendah hati di hadapan sahabat, semua itu adalah bentuk nyata dari pengamalan wahyu yang beliau bawa.
Dalam keseharian santri, cinta kepada Rasulullah tampak melalui sholawat yang selalu dilantunkan dengan penuh rasa syukur dan hormat. Sholawat bukan sekadar lantunan pujian, tetapi juga pengingat bahwa segala kebaikan yang kita terima berasal dari perjuangan dan kasih sayang beliau terhadap umatnya. Allah Ta’ala berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا ٥٦
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuknya dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan.”
(QS. Al-Ahzab: 56)
Ayat ini menunjukkan bahwa bershalawat bukan hanya amalan sunnah, tetapi juga tanda ketaatan dan bukti cinta. Dalam setiap sholawat, seorang santri sedang memohon agar hatinya disinari akhlak Nabi dan jiwanya dikuatkan oleh nilai-nilai Al-Qur’an. Sholawat menghidupkan rasa rindu, menenangkan hati, serta menumbuhkan semangat untuk terus meneladani Rasulullah ﷺ dalam segala hal.
Cinta kepada Nabi dan Al-Qur’an juga menjadi sumber semangat belajar bagi para santri. Rasulullah bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari). Melalui hadist ini, santri diajak untuk tidak hanya menghafal dan membaca Al-Qur’an, tetapi juga memahami maknanya dan mengamalkan ajarannya. Semakin sering seseorang bershalawat, hatinya akan semakin lembut; dan hati yang lembut lebih mudah menerima nasihat dan cahaya Al-Qur’an. Dari sinilah lahir generasi yang berilmu dan berakhlak mulia — generasi yang tidak hanya pandai membaca ayat, tetapi juga menghidupkan ayat itu dalam perilaku.
Sholawat juga mengajarkan bahwa cinta kepada Rasulullah bukan hanya dengan suara, tetapi dengan perbuatan. Santri yang benar-benar mencintai Nabi akan meneladani kesederhanaan beliau, menjaga lisan, menghormati guru, serta berbuat baik kepada sesama. Itulah bentuk sholawat yang sejati — sholawat yang hidup dalam akhlak. Dengan begitu, setiap kali sholawat dilantunkan, bukan hanya suara yang bergerak, tetapi juga hati yang bergetar karena rindu kepada suri teladan terbaik sepanjang masa.
Cinta Nabi dan cinta Al-Qur’an sejatinya adalah satu kesatuan iman yang menuntun hidup seorang santri. Rasulullah ﷺ telah menunjukkan bagaimana hidup dengan cahaya wahyu dan kasih sayang kepada seluruh umat. Melalui sholawat, rasa syukur dan menumbuhkan semangat untuk terus meneladani beliau.
Setiap kali nama Nabi disebut, semoga hati ini selalu bergetar; setiap kali ayat Al-Qur’an dibaca, semoga jiwa ini semakin merendahkan diri. Sebab, cinta kepada Nabi bukan sekadar rasa, melainkan jalan menuju cahaya Al-Qur’an yang hakiki.
“Barang siapa bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali lipat.”
(HR. Muslim)
Oleh : Abdur
Leave a Comment